Manusia tanpa
hobi
Chapter 1: sahabat
jalan keluar masalah ku
Yeah,akhirnya lonceng udah berbunyi
dan besok hari minggu hari yang sangat saya tunggu-tunggu.”de, kita pulang sama-sama yok aku tidak bawa sepeda hari ini”
sambil melambaikan tangan ku teriak-teriak agar aku bias mendapat tumpangan si
dede.
“ok,
tunggu di sana aku mau mengambil buku ku yang tertinggal di kelas ” ujar si dede. “biar aku yang ambilkan” kami teriak-teriak karna dede sudah berada di
seberang jalan sedangkan aku masih
berada disekolah. “gitu dong,sekali-kali kamu nolong aku dik” balas si dede sambil
menoleh kiri dan kanan karna mau menyebrang jalan.
Diko adalah namaku, nama yang juga
akan banyak di tulis pada buku dede yang tertingal di kelas. “ini de buku mu, o iya ini buku pr
ipa kan?” Tanya ku ke dede. “ iya dik, aku dapat 100 tapi kamu hanya
dapat 70 hahaaha” dede emang selalu menertawai ku disaat dia unggul dari ku. Tapi itu bukan masalah karna tanpa dia aku mungkin tidak punya buku tulis untuk
mengerjakan pr-pr yang diberikaan oleh
giru. karna di setiap pr yang diberikan, aku selalu mengerjakan nya di buku
dede. Bukan nya aku ingin memanfaat kan dede sang juara kelas untuk mendaptkan
nilai bagus tapi karna aku tidak punya uang untuk membeli buku tulis.dede yang
mengusulkan ide ini pada ku, karna tiap semester buku pr setiap semester selalu
tidak terisi penuh jadi dia mengusulkan kepada buk ira guru kelas kami untuk
mengijinkan kami satu buku barsama untuk membuar pr.
Buk ira adalah seorang guru yang
sangat baik hati dia sangat menyayangi kami berdua, ntah itu karna dia
kehilangan anak yang sebaya kami atau
yang lain, tapi yang jelas kami sudah mendapatkan ijin dari buk ira,
dengan syarat yang diberi buk ira, aku tidak boleh melihat pr dede dan bertanya seputar pr sama
dede selagi pr itu belum dikumpul.
Dede menulis dihalaman awal,
sedangkan saya menulis mulai dari halaman belakang layaknya buku arab Saudi.
Tapi itu tidak masalah bagi ku, karna dede selalu menyelesaikan pr nya
jauh-jauh hari sebelum dikumpul jadi saya punya waktu banyak untuk membuat pr tersebut.
Tak jarang dede yang mengantarkan
buku itu ke rumahku, dan tak jarang pula aku yang menjemput kerumah nya karna
rumah kami sangat berdekatan.
“ayo
kita pulang de, dijalan nanti kamu harus menjelaskan kenapa aku bisa dapat 70”
pinta ku ke dede. “ ok dik, sekarang yang pasti ayok kamu naik dulu dibelakang
karena perut ku sudah sangat lapar” kata dede sambil memasukan buku ke dalam
tas nya.
“gimana
pertandingan bola tadi dik, kalian menang?”Tanya dede penasaran. Karna dia
sangat ingin ikut pertandingan mewakili sekolah tapi sayang dia tidak lolos
seleksi. “Alhamdulillah de, kami menang tipis1-0”. jawabku dengan nada pelan
karna selain dia tidak bisa ikut, dia juga tidak bias menonton karna masih jam
sekolah.
“syukurlah,
aku kira kamu udah pulang duluan tadi dik”. balasnya dengan nada yang agak
sedih. “ngk mungkin de, kalah atau
menang kami tadi. Aku bakalan ngasih tau kamu duluan de”. jawab ku, berharap dede
tidak murung lagi. “hahaa, pandai kamu
dik. Bilang aja ban sepeda kamu masih bocor jadi kamu ngk bias pulang tanpa
tebenganaku, hahaa ”. dede tertawa terbahak-bahak yang membuat ku tidak
sungkan lagi membahas sepakbola dengan nya.
“oya dik, kenapa sepeda mu belum ditambal? Kamu belum punya uang ya”. Tanya
dede yang membuat ku sedikit malu mendengarnya. “haha iya de, tabungan ku habis untuk bayar spp de”. jawab ku tidak
sungkan, karna hanya kepada dede aku bisa bercerita mengenai ini. “bukan nya uang itu untuk beli sepatu dik?”.
“iya de, tapi mau bagaimana lagi. Nanti keburu
orngtua kua ku tau kalau aku tidak digratiskan spp sepertimu de”. “aku salut padamu dik, sesulit apa yang
kamu alami, kamu tetap tidak mau membebani orang tua mu dik” ujar dede yang membuat
ku tertawa kecil. “hahaa, aku malahan
salut padamu de, kamu bisa mengatasi masalah mu tanpa bantuan orng tua”
balas ku, agar dede tau kalau dia lah yang jadi panutan ku saat ini.
“aku punya uang tabungan dik, kamu belikan aja sepatu. Pertandingan kamu
kan masih panjang. Nanti sepatu yang kamu pinjam malah sobek terpaksa deh kamu
mengganti nya” tawar dede padaku. “bukan nya kamu juga mau beli sepatu juga de? Kok malah kamu tawarkan
ke aku uang nya” Tanya ku heran. Aku
berharap dede tidak putus asa untuk bermain sepakbola.
“tenang dik, ukuran sepatu mu kan 41, aku 40. Jadi kita beli sepatu
ukiran 41 aja, biar kita bisa ganti-gantian”. tawar dede
lagi. “itu kan uang mu de, aku tidak enak
merepotkan terus”. hanya itu yang
biasa aku ucapkan, walau pun sebenarnya aku ingin sekali menerima tawaran dede. “hahaa kita udah kenal sejak kecil dik, aku aja ragu ntah usia berapa
kita saling kenal”. jawab dede, seakan-akan berharap aku mau menerima
tawaran nya. “tapi de,,”. Aku belum
siap dede langsung memotong omonganku “jangan
sungkan- sungkan, nanti sore kita ketoko sepatu dik, kalau kamu anggap aku
sahabat mu aku tunggu nanti di rumah”. “hahaa
ancaman mu selalu itu de”. aku sangat senang punya sahabat seperti dede dan
kami pun sudah sampai dirumah. “jangan
lupa nanti sore dik”. Dede mengingat kan. “ok sip.”
Asar pun
selah usai, aku langsung menemui dede untuk pergi ke toko sepatu. “lama
kali kamu dik, aku sudah menyelesaikan semua pr, kamu baru nongol”. ujar dede melihat aku
yang baru datang di rumah nya.” Haha,
rajin kali kamu de, aku jadi salut. Oya ibu mu mana?”. “lagi
sholat di belakang dik, ayok kita pergi ”. “ayok tapi kamu udah sholat?”. tanyaku dulu, karna bapak dede sangat marah
jika dede meninggal kan sholat. “udah lah
dik, ini buku-buku pr nya, baca baik-baik soal nya dik. Tadi kamu dapat 70
karna salah baca soal aja”. kata dede sambil ngasih buku ke aku. “ok siap bos”.
Kami pun
pergi ketoko sepatu yang tidak jauh dari rumah kami,sesampai disana kami
dibingungkan dengan berbagai macam
pilihan. Bukan karna banyak model nya, tapi karna harganya yang begitu mahal. “bagaimana dengan yang ini dik, cukup ringan
dan bagus”. Kata dede sambill memberikan sepatu kepada ku. “itu terlalu mahal de, mending yang ini”.
jawabku sambil menunjuk sepatu.
“kamu jangan melihat harga dulu dik, kita pilih aja yang kualitas bagus
setelah itu kita bandingkan”. kata dede, “setelah itu ita pilih mana yang memiliki alas an yang pas, itu yang
kita pilih”. sambung dede. “oke de aku
setuju”. jawab ku sambil menahan
ketawa, karna aku yakin kali ini aku akan menang berargumen karna aku punya alas
an yang sangat bagus.
Seselai memilah-milah
sepatu akhirnaya kami memutuskan sepatu
yang kami pilih. aku memilih satu sepatu dan dede memilih sepatu, setelah itu
baru kami bandingkan argument mana yang kuat maka pilihan dia yang dipilih. Kami
memang selalu beradu argument untuk memutus kan atau memilih sesuatu.
“ini pilihan aku de. ”sambil menunjukan sepatu. “ok, kalau aku pilih yang ini”. Kami pun
meminta no 41 kepada pemilik toko dari sepatu yang kami pilih.”maaf dek, yang no 41 tinggal yg ini”
sambil menunjujk sepatu dede, “kalau yang
ini no 41 habis,yang ada n0 40”. balas yang punya toko sepatu sambil mengeluarkan sepatu seperti yang aku pilih.
Dede pun
tertawa dan mengatakan “udah jelas
pilihan aku yang menang jadi kita ambil yang
ini”. “jangan, itu terlalu
mahal nanti ngk ada lagi uang tabungan mu de”. jawab ku “mending yang ini, pas sama no kaki mu de”. sambungku. “kalau kita ambil yang ini, nanti kamu malah
kesempitan dik. Kalau aku bisa nambah kertas atau apalah ke dalam sepatu jadi
ngk bakalan lapang lagi”. jelas dede. “lagian
ini cepat rusak dik, kaki mukan no 41”. sambung dede.
Lagi dan lagi, aku selalu kalah beragurmen dengan
dede. “ok de”. jawab ku setuju. “kamu main hari minggu besokkan? Pakai sepatu
ini dan lihatkan kepada sma n 3 kalau sman 1 punya pemain kelas dunia” ujar
dede.”haha kamu berlebihan de, makasih de
jangan lupa dukungan power full sore
besok”. “pasti dik, ini pertandingan
penentu mu dik” jelas dede. “ sebelum
nya kalian kalah 3-0 kan, jadi menang harga mati. Jangan jadikan ini pertama
dan terakhi aku melihat mu main di liga antar sekolah tahun ini dik”
sambung dede dengan nada yang sangat berharap. “ tenang de, agar aku bisa mengganti sepatu ini dengan hadiah nya
nanti” jawab ku. “hahaa,, iya dik,
aku tunggu”. Kami pun langsung pulang kerumah karna hari hampr gelap.
bersambung..
bersambung..
widih, ngk terasa chapter 1 nya sudah selesai guys, tapi jangan khawatir masih ada lanjutan ceritanya lho.
wilayah anak teknik sempat melihat sedikit cupplikan chapter 2 yang bercerita seputar pertandingan sepakbola nya diko yang nanti nya para pembaca wilayah anak teknik akan heran kenapa itu bisa terjadi. serta pada chapter 2 akan menceritakan masa lalu diko.
nah penasaran kan, ikuti aja terus ceritannya, kalau ngak salah judul di chapter 2 ""
Posting Komentar