Unknown Unknown Author
Title: manusia tanpa hobi
Author: Unknown
Rating 5 of 5 Des:
Manusia tanpa hobi Chapter 1: sahabat jalan keluar masalah ku             Yeah,akhirnya lonceng udah berbunyi dan besok hari mi...
Manusia tanpa hobi

Chapter 1: sahabat jalan keluar masalah ku



            Yeah,akhirnya lonceng udah berbunyi dan besok hari minggu hari yang sangat saya tunggu-tunggu.”de, kita pulang sama-sama yok aku tidak bawa sepeda hari ini” sambil melambaikan tangan ku teriak-teriak agar aku bias mendapat tumpangan si dede.
            “ok, tunggu di sana aku mau mengambil buku ku yang tertinggal di kelas  ” ujar si dede. “biar aku yang ambilkan”  kami teriak-teriak karna dede sudah berada di seberang  jalan sedangkan aku masih berada disekolah. “gitu dong,sekali-kali  kamu nolong aku dik” balas si dede sambil menoleh kiri dan kanan karna mau menyebrang jalan.
            Diko adalah namaku, nama yang juga akan banyak di tulis pada buku dede yang tertingal di kelas. “ini de buku mu, o iya  ini buku pr  ipa kan?”  Tanya ku ke dede. “ iya dik, aku dapat 100 tapi kamu hanya dapat 70 hahaaha” dede emang selalu menertawai ku disaat dia unggul dari ku. Tapi itu bukan masalah karna tanpa dia aku mungkin tidak punya buku tulis untuk mengerjakan pr-pr  yang diberikaan oleh giru. karna di setiap pr yang diberikan, aku selalu mengerjakan nya di buku dede. Bukan nya aku ingin memanfaat kan dede sang juara kelas untuk mendaptkan nilai bagus tapi karna aku tidak punya uang untuk membeli buku tulis.dede yang mengusulkan ide ini pada ku, karna tiap semester buku pr setiap semester selalu tidak terisi penuh jadi dia mengusulkan kepada buk ira guru kelas kami untuk mengijinkan kami satu buku barsama untuk membuar pr.
            Buk ira adalah seorang guru yang sangat baik hati dia sangat menyayangi kami berdua, ntah itu karna dia kehilangan anak yang sebaya kami atau  yang lain, tapi yang jelas kami sudah mendapatkan ijin dari buk ira, dengan syarat yang diberi buk ira, aku tidak boleh melihat pr dede dan bertanya seputar pr sama dede selagi pr itu belum dikumpul.
            Dede menulis dihalaman awal, sedangkan saya menulis mulai dari halaman belakang layaknya buku arab Saudi. Tapi itu tidak masalah bagi ku, karna dede selalu menyelesaikan pr nya jauh-jauh hari sebelum dikumpul jadi saya punya waktu banyak  untuk membuat pr tersebut.
            Tak jarang dede yang mengantarkan buku itu ke rumahku, dan tak jarang pula aku yang menjemput kerumah nya karna rumah kami sangat berdekatan.
            “ayo kita pulang de, dijalan nanti kamu harus menjelaskan kenapa aku bisa dapat 70” pinta ku ke dede. “ ok dik, sekarang yang pasti ayok kamu naik dulu dibelakang karena perut ku sudah sangat lapar” kata dede sambil memasukan buku ke dalam tas nya.
            “gimana pertandingan bola tadi dik, kalian menang?”Tanya dede penasaran. Karna dia sangat ingin ikut pertandingan mewakili sekolah tapi sayang dia tidak lolos seleksi. “Alhamdulillah de, kami menang tipis1-0”. jawabku dengan nada pelan karna selain dia tidak bisa ikut, dia juga tidak bias menonton karna masih jam sekolah.
            “syukurlah, aku kira kamu udah pulang duluan tadi dik”. balasnya dengan nada yang agak sedih. “ngk mungkin de, kalah atau menang kami tadi. Aku bakalan ngasih tau kamu duluan de”. jawab ku, berharap dede tidak murung lagi. “hahaa, pandai kamu dik. Bilang aja ban sepeda kamu masih bocor jadi kamu ngk bias pulang tanpa tebenganaku, hahaa ”. dede tertawa terbahak-bahak yang membuat ku tidak sungkan lagi membahas sepakbola dengan nya.
           “oya dik, kenapa sepeda mu belum ditambal? Kamu belum punya uang ya”. Tanya dede yang membuat ku sedikit malu mendengarnya. “haha iya de, tabungan ku habis untuk bayar spp de”. jawab ku tidak sungkan, karna hanya kepada dede aku bisa bercerita mengenai ini. “bukan nya uang itu untuk beli sepatu dik?”. “iya de, tapi mau bagaimana lagi. Nanti keburu orngtua kua ku tau kalau aku tidak digratiskan spp sepertimu de”. “aku salut padamu dik, sesulit apa yang kamu alami, kamu tetap tidak mau membebani  orang tua mu dik” ujar dede yang membuat ku tertawa kecil. “hahaa, aku malahan salut padamu de, kamu bisa mengatasi masalah mu tanpa bantuan orng tua” balas ku, agar dede tau kalau dia lah yang jadi panutan ku saat ini.
“aku punya uang tabungan dik, kamu belikan aja sepatu. Pertandingan kamu kan masih panjang. Nanti sepatu yang kamu pinjam malah sobek terpaksa deh kamu mengganti nya” tawar dede padaku. “bukan nya kamu juga mau beli sepatu juga de? Kok malah kamu tawarkan ke aku uang nya” Tanya ku heran.  Aku berharap dede tidak putus asa untuk bermain sepakbola.
               “tenang dik, ukuran sepatu mu kan 41, aku 40. Jadi kita beli sepatu ukiran 41 aja, biar kita bisa ganti-gantian”. tawar dede lagi. “itu kan uang mu de, aku tidak enak  merepotkan terus”. hanya itu yang biasa aku ucapkan, walau pun sebenarnya aku ingin sekali menerima  tawaran dede. “hahaa kita udah kenal sejak kecil dik, aku aja ragu ntah usia berapa kita saling kenal”. jawab dede, seakan-akan berharap aku mau menerima tawaran nya. “tapi de,,”. Aku belum siap dede langsung memotong omonganku “jangan sungkan- sungkan, nanti sore kita ketoko sepatu dik, kalau kamu anggap aku sahabat mu aku tunggu nanti di rumah”.  “hahaa ancaman mu selalu itu de”. aku sangat senang punya sahabat seperti dede dan kami pun sudah sampai dirumah. “jangan lupa nanti sore dik”. Dede mengingat kan. “ok sip.”
               Asar pun selah usai, aku langsung menemui dede untuk pergi ke toko  sepatu. “lama kali kamu dik, aku sudah menyelesaikan semua pr,  kamu baru nongol”. ujar dede melihat aku yang baru datang di rumah nya.” Haha, rajin kali kamu de, aku jadi salut. Oya ibu mu mana?”.  “lagi sholat di belakang dik, ayok kita pergi ”. “ayok tapi kamu udah sholat?”.  tanyaku dulu, karna bapak dede sangat marah jika dede meninggal kan sholat. “udah lah dik, ini buku-buku pr nya, baca baik-baik soal nya dik. Tadi kamu dapat 70 karna salah baca soal aja”. kata dede sambil ngasih buku ke aku. “ok siap bos”.
            Kami pun pergi ketoko sepatu yang tidak jauh dari rumah kami,sesampai disana kami dibingungkan  dengan berbagai macam pilihan. Bukan karna banyak model nya, tapi karna harganya yang begitu mahal. “bagaimana dengan yang ini dik, cukup ringan dan bagus”. Kata dede sambill memberikan sepatu kepada ku. “itu terlalu mahal de, mending yang ini”. jawabku sambil menunjuk sepatu.
             “kamu jangan melihat harga dulu dik, kita pilih aja yang kualitas bagus setelah itu kita bandingkan”. kata dede, “setelah itu ita pilih mana yang memiliki alas an yang pas, itu yang kita pilih”. sambung dede. “oke de aku setuju”.  jawab ku sambil menahan ketawa, karna aku yakin kali ini aku akan menang berargumen karna aku punya alas an yang sangat bagus.
               Seselai memilah-milah sepatu  akhirnaya kami memutuskan sepatu yang kami pilih. aku memilih satu sepatu dan dede memilih sepatu, setelah itu baru kami bandingkan argument mana yang kuat maka pilihan dia yang dipilih. Kami memang selalu beradu argument untuk memutus kan atau memilih sesuatu.
                “ini pilihan aku de. ”sambil menunjukan sepatu. “ok, kalau aku pilih yang ini”. Kami pun meminta no 41 kepada pemilik toko dari sepatu yang kami pilih.”maaf dek, yang no 41 tinggal yg ini” sambil menunjujk sepatu dede, “kalau yang ini no 41 habis,yang ada n0 40”. balas yang punya toko sepatu  sambil mengeluarkan sepatu seperti  yang aku pilih.
                 Dede pun tertawa dan mengatakan “udah jelas pilihan aku yang menang jadi kita ambil yang  ini”. “jangan, itu terlalu mahal nanti ngk ada lagi uang tabungan mu de”.  jawab ku “mending yang ini, pas sama no kaki mu de”. sambungku. “kalau kita ambil yang ini, nanti kamu malah kesempitan dik. Kalau aku bisa nambah kertas atau apalah ke dalam sepatu jadi ngk bakalan lapang lagi”. jelas dede. “lagian ini cepat rusak dik, kaki mukan no 41”. sambung dede.
                   Lagi  dan lagi, aku selalu kalah beragurmen dengan dede. “ok de”. jawab ku setuju. “kamu main hari minggu besokkan? Pakai sepatu ini dan lihatkan kepada sma n 3 kalau sman 1 punya pemain kelas dunia” ujar dede.”haha kamu berlebihan de, makasih de jangan lupa dukungan power  full sore besok”. “pasti dik, ini pertandingan penentu mu dik” jelas dede. “ sebelum nya kalian kalah 3-0 kan, jadi menang harga mati. Jangan jadikan ini pertama dan terakhi aku melihat mu main di liga antar sekolah tahun ini dik” sambung dede dengan nada yang sangat berharap. “ tenang de, agar aku bisa mengganti sepatu ini dengan hadiah nya nanti” jawab ku. “hahaa,, iya dik, aku tunggu”. Kami pun langsung pulang kerumah karna hari hampr gelap.



bersambung..


widih, ngk terasa chapter 1 nya sudah selesai guys, tapi jangan khawatir masih ada lanjutan ceritanya lho.
wilayah anak teknik sempat  melihat sedikit cupplikan chapter 2 yang bercerita seputar pertandingan sepakbola nya diko yang nanti nya para pembaca wilayah anak teknik akan heran kenapa itu bisa terjadi. serta pada chapter 2 akan menceritakan masa lalu diko.
nah penasaran kan, ikuti aja terus ceritannya, kalau ngak salah judul di chapter 2 ""

Advertisement

Posting Komentar

artikel yang terkait

 
Top