wilayah anak teknik wilayah anak teknik Author
Title: Aku bukan lah aku
Author: wilayah anak teknik
Rating 5 of 5 Des:
Aku bukan lah aku chapter 1: Aku bosan dengan bosan Teng teng, lagi dan lagi suara lonceng itu berbunyi sebagai tanda akhir dari k...
Aku bukan lah aku


chapter 1: Aku bosan dengan bosan
Teng teng, lagi dan lagi suara lonceng itu berbunyi sebagai tanda akhir dari kesibukan ku hari ini, akhir dari canda tawa ku detik ini. Iya, aku tidak mempunyai kegiatan yang menyenangkan sehabis pulang sekolah seperti teman-teman SD lain nya, pergi bermain sebagaimana yang dilakukan anak-anak seusia saya.
Makan dan tidur, hanya itu yang aku lakukan sehabis pulang sekolah sampai matahari bosan menampak kan diri nya dan sang rembulan muncul bersamaan dengan dingin nya malam yang menyelimuti diriku saat ini. Itu pun tidak membuat malam ku begitu berarti, hanya sebuah TV menjadi teman ku pada malam hari ini sampai mata terpejam dan berharap esok pagi canda tawa itu bisa terbit lagi layak nya matahari yang baru bangun dari tidur panjang nya.
            aku seperti mendengar suara seseorang  yang tak asing lagi bagi telinga ku, iya itu adalah suara ibu ku yang mencoba membangunkan anaknya agar nanti nya aku tidak terlambat untuk pergi ke sekolah. Seperti biasa nya tepat pukul 07.00 wib aku pergi berangkat ke sekolah yang diantarkan oleh sang ibu tercinta.

            sepiring nasi goreng akan mengisi lambung ku pada pagi hari ini begitu juga dengan beberapa kawan-kawan lain nya. Mereka makan sambil membicarakan sesuatu yang mungkin itu adalah sebuah kejadian lucu yang membuat salah seorang dari mereka tertawa terbahak-bahak. Aku hanya berharap mereka bisa berbagi cerita agar agaar aku bisa merasakan sedikit dari apa yang mereka alami. Tapi itu hanya lah sebuah harapan yang sia-sia, sampai lonceng masuk berbunyi mereka tidak mengajak aku untuk tertawa bersama mereka.
            Bayu dan putra, mereka adalah orang yang mungkin bisa aku katakan sebagai teman ku saat ini, “ lonceng udah berbunyi , mari kita masuk kelas  don nanti kita telat ” ujar bayu. Doni adalah nama ku tidak banyak yang tahu akan hal itu karna selama ini hanya mereka yang sampai saat ini memanggil nama ku. “ayo kita masuk” jawab ku sambil bangkit dari tempat duduk.
            Pagi ini giliran mata pelajaran matematika untuk menampak kan wujud nya, sebuah mata pelajaran yang kebanyakan orang begitu membencinya tapi tidak bagi ku. Aku begitu menyukai mata pelajaran ini, mungkin karna pada saat-saat seperti  ini lah bayu dan putra menghampiri ku untuk membahas soal-soal yang diberikan oleh guru kepada kami.
            Tidak seperti mata pelajaran lain nya, aku membutuhkan banyak waktu untuk memahami 1 bab yang diajarkan guru mungkin karna begitu banyak materi yang terdapat di dalam nya bagi kami yang masih duduk dibangku SD, tapi MTK hanya hanya memiliki 2 sampai 3 materi yang terdapat pada 1 bab itu, akan tetapi 1 bab itu memiliki banyak sekali soal-soal yang bisa dia hasil kan. Dan itu adalah salah satu alasan ku mengapa aku menyukai pelajaran ini.
            Dua jam telah berlalu, waktu terasa singkat pada saat ini dimana ada seseorang yang bisa di ajak berbicara  yang membuat seluruh rasa suntuk yang membenam di kepala ku beransur-ansur terangkat ke atas. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ke esokan harinya mengingat besok adalah hari minggu, tidak bagi anak-anak lain nya pada hari itu satu jam saja terasa begitu lama bagi ku untuk  di lalui. Aku hanya bisa berharap ada seseorang teman yang mau mengajak aku nantinya untuk melakukan sesuatu.
            Minggu itu pun datang, saya terbangun akibat suara benturan piring saat ibu lagi memasak. Betapa berat nya badan untuk bangkit dari tempat tidur mengingat tidak ada satu pun yang akan ku lakukan pada hari ini. Tapi masakan ibu terasa harum, membuat badang sedikit ringan sehingga aku pun bangkit dari tempat tidur dan langsung mandi agar bisa menikmati masakan ibu.
            Sepiring minas dan segelas susu yang terhidang di depan TV mengawali hari minngu ku di pagi ini, akan kah ada sesuatu yang berbeda yang bisa ku lakukan sehabis makan nanti atau hanya menonton TV sampai mata letih dan kembali tertidur. Dan seketika waktu pun menjawab, tepat pukul 03.00 sore aku duduk di depan TV mata ku pun mulai terpejam hingga perut ini terasa lapar lagi.

            Tak terasa hari pun sudah malam dan hidangan makan malam pun sudah tersaji rapi di atas meja makan, seakan badan ini sadar bahwa saat ini adalah waktu untuk makan malam maka ak pun terbangun dari mimpi panjang ku yang tiada ujung. “sehabis makan jangan lupa mengerjakan PR ya nak” ujar ibu ketika saya mulai menyuap nasi. “iya bu, habis makan pasti akan doni kerja kan bu” , karna tidak akan ada yang bisa aku kerjakan sehabis makan selain mengerjakan PR yang di kumpul untuk pagi besok.


                                                chapter 2 teman ku dunia baru ku


Dasi, topi adalah seragam yang akan ku kenakan di hari senin ini sebagai syarat agar aku bisa mengikuti upacara bendera di pagi senin ini. Tapi ada sesuatu yang sedikit asing pada pagi ini, aku melihat seseorang berdiri tepat di samping ku. Siapa dia, darimana asal nya, apa yang ia lakukan disini, kepana ia juga mengikuti upacara bendera dan bayank lagi yang terpikir di benak ku untuk di jadikan pertanyaan ketika upacaa usai nanti.
            Sudah 15 menit kami berdiri mengkadap tiang bendera yang trgantung sang merah putih di atas nya, dan sekarang tiba waktu nya untuk kami bubar dari barisan. Segelas air adalah sesuatu yang sangat berguna saat ini agar kekeringan yang melanda kerongkongan ini bisa terobati. Kantin pun menjadi tujuan ku saat ini agar aku bisa mendapatkan apa yang aku ingin kan tadi
            Sebungkus minuman menyambut ku di depan kantin itu, aku heran kenapa dia memberikan minuman kepada ku, orang yang berdiri tepat di samping ku saat upacara tadi. “ini minumlah kamu pasti haus kan?” ujar nya sambil memberikan minuman kepada ku. “iya, terimakasi ” hanya itu yang bisa aku ucapkan sambil menerima minuman tersebut. “nama ku arif aku kelas 4 A” dia memperkenalkan nama nya, “aku doni, hmmm ayo kita ke kelas aku juga kelas 4A ” ajak ku. “ok” singkat jawabnya.
            Aku pun menunjukan bangku ku kepada nya, berharap dia mau duduk di samping ku, “aku duduk di sini, kamu di mana?” tanya ku, “apa di sebelah mu kosong? Aku belum punya bangku untuk ku duduki” jawab nya. Aku begitu senang, sekarang aku memiliki kawan sebangku yang sudah lama aku bayang kan selama ini. Kenapa tidak, sudah hampir 4 tahun ak memduduki bangku SD tapi tidak seorang yang pernah sebangku dengan ku. “ iya silahkan, di sini kosong kok” jawab ku dengan senang hati
            Guru yang mengajar kami pun belum kunjung tiba, aku ingin memanfaat kan kesempatan ini untuk bertanya kepada arif, karna masih banyak pertanyaan yang ada di kepala ku, tapi sayang aku tidak memiliki keberanian.  “Aku pindahan dari SD N 011 desa sukajadi” kata nya sambil berharap aku mau menemani ia berbicara. “emang ada apa dengan SD kamu sebelum nya? ” balas ku “orang tua ku pindah kerja di daerah ini, jadi kami sekeluarga ikut pindah” jawabnya. Masih banyak yang ingin aku tanyai tetapi pak rizal pun datang mengetuk pintu sambil mengucap kan salam kepada kami sebagai tanda awal dari belajar pagi ini.
            Tidak seperti biasanya, pak rizal tidak membawa buku satupun. Akankan kami memiliki waktu kosong di jam pak rizal yang biasanya mengajarkan seni kepada kami. “anak-anak sebelum kita memulai belajar kita hari ini, bapak ingin memperkenal kan murud baru di seolah kita ini” lalu bapak itu menunjuk ke arah arif. Seketika arif berjalan di depan kelas dan memperkenalkan nama nya. “ nama ku arif setia budi, aku berasal dari SD N 011 sukajadi, aku sangat senang bisa sekolah di SD N 01 ini dan bisa berkenalan dengan teman- teman semua” kata arif selagi berdiri di depan.
            Tidak seperti saya yang hanya diam ketika arif memperkenal kan diri, seorang murid bernama joko mengacungkan tangan seperti mempunyai banyak pertanyaan untuk arif. “apakah kamu memiliki banyak prestasi di sekolah kamu sebelum nya” kata joko. “hmm, aku hanya juara kelas selama SD, dan aku tidak memiliki prestasi selain ini karna aku tidak pernah untuk mencoba hal yang demikian” jawab arif. Pak rizal tersenyum kecil mendengar jawaban dari arif, mungkin dia berfikir akan ada siswa yang akan menggantikan joko menjadi juara kelas tahun ini.
            Melihat joko yang bertanya, aku pun membranikan diri untuk bertanya “ dimana rumah mu arif” tanya ku dengan nada kaku. “hahaa.. aku tinggal tidak jauh dari rumah mu doni, masak kamu tidak tahu” jawab arif sambil tertawa. Aku merasa malu dan bingung dengan jawaban arif, kenapa dia bisa tahu rumah ku. “hari minngu sore aku kerumah mu doni, tapi sayang kamu nya malah tidur” lanjut arif. Aku pun semakin malu hinnga kepala ku tertunduk malu di atas meja.
            Setelah arif memperkenal kan diri, dia kembali kebangku untuk duduk agar pak rizal bisa memulai pelajan nya. “baik lah anak-anak saat ini kita akan belajar tentang lagu minang kabau atau lagu daerah”. jangan kan lagu daerah, lagu ketika aku TK dulu pun aku tidak hapal sepenuh nya, gumam ku dalah hati. “jadi siapa yang mau mencoba menyanyikan lagu daerah untuk pertama kali nya” lanjut pak rizal.
            Suasana kelas hening seketika mendengar yang dikatakan pak rizal tadi. “bapak akan memberikan nilai tambahan bagi kalian yang mau mencoba lagu daerah untuk pertama kali nya” tantang pak rizal. Seketika arif langsung mengacungkan tangan seolah setuju dengan tantangan yang di buat oleh pak rizal. “saya akan mencoba” kata arif menerima tantangan pak rizal.
            Tampaknya joko benar-benar akan memiliki saingan untuk memegang kandidat juara kelas untuk tahun ini, pikir ku. “baik lah arif, jadi lagu apa yang akan kamu nyanyikan” tanya pak rizal ke pada arif yang telah berdiri di depan kelas. “aku akan menyanyikan lagu KAMPUNG NAN JAUAH DI MATO” jawab arif.
            Pak rizal kembali tertawa kecil “ apakah kamu masih rindu akan kampung halaman mu” tanya pak rizal lagi. “iya pak” singkat arif. “ ok, kalau begitu mari kita lampiaskan pada lagu ini” jawab pak rizal. San seketika semua murid terdiam mendengar nyanyian dari arif, bukan karna suara arif yang bagus akan tetapi cara pembawaan nya begitu mengagum kan, arif seolah-olah menggambarkan dengan nyata makna yang ada pada lagu tersebut.
            Suara tepuk tangan menjadih hadiah bagi arif atas apa yang telah ia nyanyikan, ia berhasil membuat kami terpukau kecuali joko, dia kelihatan begitu iri pada arif karna pada hari pertama ia masuk sudah bisa mendapatkan tepuk tangan dari kawan-kawan nya. “baiklah siapa selanjut nya” tanya pak rizal, semua nya hening tidak ada yang berani menjawab tantang dari pak rizal. “baik lah kalau tidak ada yang mau tampil, maka persiapkan diri kalian minggu depan karna tidak ada alasan untuk tidak tampil minggu depan” sambung pak rizal.
            Pak rizal pun pergi meninggal kan kelas yang diikuti bunyi lonceng istirahat, “ayo kita kekantin” ajak arif “ide bagus, perut ku juga terasa lapar”  jawab ku. Kami pun pergi kekantin dengan sejuta pertanyaan yang maasih tertanam di benak ku, tapi lagi dan lagi aku tidak berani untuk menanyakan hal-hal tersebut. “ ada apa? Sepertinya kamu pendiam” kata arif sambil tertawa kecil. “ iya, hari-hari yang biasa nya aku lalui begitu sepi. Tidak ada seorang dari mereka yang mau bermain bahkan mengobrol dengan ku” jawabku sambil melihat yang lain nya asik bermain di lapangan voly.
            Arif berlari menuju lapangan voly, ia ikut bermain bermain dengan yang lain nya. Aku hanya berpikir, kenapa setelah aku menemukan seorang yang mau berteman dengan ku sekarang malah pergi bermain dengan yang lain nya. Pertanyaan tersebut terus berjalan, mengelilingi kepala ku sampai aku tiba di kantin. “sini don, kita main sama-sama” kata arif dari dalam lapangan voly. Aku hanya terdiam, tidak membalas ajakan arif hingga ia kembali melanjut kan permainan nya.
            Waktu istirahat pun telah usai, aku pun bergegas kembali ke kelas agar nanti nya tidak terlambat pas pelajaran IPA. “hei don” seseorang memanggil ku dari belakang hingga langkah kaki ku terhenti sejenak. “ kenapa kamu tidak ikut bermain bersama-sama, tadi itu menyenangkan loh” lanjut nya. “ternyata kamu rif, buat aku kaget aja” balas ku dan kembali berjalan menuju kelas. “ada apa dengan mu don, kenapa kamu bersikap seperti ini” arif berlari, hingga kami pun berjalan beriringan. “aku segan bermain dengan yang lain nya rif, mereka tidak mengajak ku” balas ku dengan nada yang agak sedikit kecil.
            Dari pristiwa tadi, arif tidak lagi bersikap layak nya pas pelajaran seni tadi. Apakah ada yang salah dari apa yang aku bicarakan tadi pikir ku . “don, kamu lihat apa yang diajarkan sama ibuk ira” arif membuat ku kaget dengan pertanyaan nya. “buk ira tidak meminta kita untuk bertanya, sedangkan dia menginginkan agar siswanya bertanya akan sesuatu hal dari penjelasan nya tdi don” sambung arif. “maksud mu rif” dengan raut wajah kebingungan “dari mana kamu bisa tau kalau bik ira mengingin kan agar kita bertanya” lanjud ku. “itu persoalan gampang don, selama ini aku bisa menebak kira-kira apa yang membuat seseorang senang terhadap kita tanpa dia mengatakan kalau kita harus begini begitu”
            “buk, saya kurang mengerti dengan sifat-sifat air yang ibu jelaskan tadi” tanya arif sambil mengangkat tangan. “nama kamu siapa sepertinya kamu murud baru” kata buk ira “saya arif setia budi buk, saya pindahan dari SD N 011 sukajadi dan ini adalah hari pertama saya di sekolah ini buk”. “jadi kamu murid baru itu” “iya buk balas arif sambil tersenyum”. Jadi begini rif yang di maksud sifat-sifat air itu yang pertama dia akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah, jadi selama air itu berada di permukaan datar dia tidak akam mengalir melainkan hanya tergenang” buk ira menjelaskan sambil menggambar kan aliran sungai. “yang kedua, air akan meresap melalui celah-celah kecil” buk ira mengeluarkan sapu tangan nya. “jika sapu tangan ini mempunyai rongga sehingga udara bisa masuk atau menembus sapu tangan ini maka air pun juga busa meresap melalui celah-celah kecil tersebut” jawab buk ira
            “makasih buk, karna ibuk sekarang saya mengerti kenapa jika setengah dari kain dimasukan kedalam ember yang berisi air maka semua nya akan basah walau setengah dari yang lain nya tidak terendam air” kata arif. “iya kamu betul sekali arif” balas buk ira dengan bangga. “ada pertanyaan lain nya” kata buk ira sambil menghapus papan tulis. “tidak ada buk” jawab beberapa dari murud-murud yang ada di kelas.
            “kalau tidak ada pertanyaan, kalian kerjakan latihan 3 halaman 22” perintah buk ira. Kami pun segera mengeluarkan buku dan mencari jawaban-jawaban dari latihan tersebut. “don, sebenar nya aku sudah tahu tentang yang aku tanyakan tadi ” kata arif tertawa kecil kearah ku. “ jadi kenapa kamu bertanya” jawab ku dengan nada kebingungan. “ yang aku butuh kan bukan jawaban dari pertanyaan itu, tapi hal lainya”, “apa itu” aku masih bingung dengan penjelasan arif. “coba kamu tebak, kira-kira apa alasan aku bertanya sama buk ira tadi” tanya arif. “hmm, kamu mengingin kan agar buk ira senang dengan yang pertanaan tadi” jawab ku.
            “kira-kira kenapa buk ira senang terhadap siswa yang bertanya” arif bertanya seakan-akan dia ingin agar aku tahu maksud dari semua ini. “aku tidak tahu rif, kenapa kamu tanyakan ini semua” jawab ku dengan nada serius. “seorang guru mengaharap kan agas siswa nya aktif, jadi dengan banyak bertanya buk ira akan beranggapan bahwa aku aktif pada pelajaran dia dan sebagai tanda bahwa aku memperhatikan saat dia menjelaskan” jawab arif. “untuk apa semua itu” tanya ku tanpa mengirau kan lagi bahwa buk ira memberikan kami tugas. “hmm, jadi selama ini apa yang kamu lakukan agar orang lain mengenali mu don ” tanya arif tanpa menjawab pertanyaan ku tadi. “tidak ada” singkat jawab ku
            “arif, doni sudah selesai tugas nya” buk ira menegur kami karna kami dari tadi asik mengobrol. “belum buk, saya sedang menjelaskan sifat air tadi buk, doni masih belum paham” jawab arif. “jadi sekarang doni udah mengerti” tanya buk ira kepada ku. Aku heran dengan arif, kenapadia berbohong. “doni, kamu sadah paham” tanya buk ira lagi. Sesuatu meimpa kaki ku, ternyata itu arif dia seakan-akan ingin aku mengatakan mengerti kepada buk ira, “sudah buk” jawab ku. “bagus lah kalau begitu” balas buk ira.
            “Karna waktu sudah habis, jadi kalian jadikan PR saja semua itu” pinta buk ira. “baik buk” jawab yang lain nya yang beiringan dengan bunyi lonceng yang menandakan waktu pulang telah tiba. Buk ira pun berdiri di depan kelas, dan kamu pun membaca doa serta memberi salam  sebagai mana yang biasa kami lakukan sebelum pulang sekolah. “alhamdulillah hi robbil ‘alamin” dengan nada serempak satu kelas dan buk ira pun pergi meninggal kan kelas.
            “rif, kamu belum menjawab pertanyaan saya yang tadi” tanya ku sambil memasukan buku. Ibuk ku sudah di depan untuk menjemput aku don, jadi nanti di rumah aku jawab” kata doni sambil pergi meninggal kan kelas. Dengan perasaan kebingungan aku pun juga pergi meninggal kan kelas mengingat ibu ku juga sudah di depan menungu aku.
            Tidak seperti biasa nya, sekarang aku makan dan menonton TV sambil memikirkan sesuatu. Biasa nya aku makan dan menikmati film kartu kesukaan ku tapi kali ini aku bahkan tidak tahu apa yang ada di dalam TV tersebut. Seusai makan seseorang memanggil-manggil nama ku, “assalamualaikum, doooniiii”. ”waalaikumsalam” jawab ibu ku sambil membukakan pintu, “ doni nya baru selesai makan, ada apa ya nak arif” tanya ibu kepada arif. “saya mau mengajak arif bermain buk, kalau itu diijinkan” jawab arif.
            “iya boleh, silahkan masuk dulu arif ada di belakang” pinta ibuku. “iya bu, terimakasih” jawab arif sambil melepas sendalnya. “doni, doni,.. ini ada arif di depan” ibu berteriakk seakan-akan ia senang dengan kedatangan arif. “iya bu, tunggu sebentar” aku pun bergegas untuk menemui arif, karna biasa nya sehabis makan aku hanya nonton TV tapi ku rasa tidak kali ini. “ada apa rif” tanya ku langsung saat melihat arif. “kita main-main keluar yuk, aku bosan di rumah” pinta arif. “ayo, tapi kemana?”, “ya elah don, kenapa kamu malah naya itu, seharus nya aku yang naya kan kamu udah lama disini sedangkan aku baru 2 hari” jawab arif. “aku tidak tau tempat bermain disini, biasa nya aku hanya nonton TV pas pulang sekolah”
            “aku rasa di belakang ada sungai kan don?” “iya ada, mau ngapain kita kesana? Aku ngk bisa berenang” kata doni. “hmm, bagaimana kalau kita pergi mancing ikan aja” ajak arif. “hmm, tapi aku tidak punya pancing rif”. “Tenang semua itu biaraku yang atur don”, “okelah rif, aku pamit dulu sama ibuku” pinta ku.


            “bu, doni pergi ke sungai dulu ya sama arif”, “iya nak, tapi pulang sebelum magrib ya nak” jawab ibuku. Mendengar jawab itu arif langsung menarik tangan ku, seakan-akan dia sudah tidak sabar lagi untuk menangkap ikan. “ayo don, kita kerumah ku dulu ngambil pancingan sama umpan di belakangrumah ku kayak nya banyak cacing4ayo don, kita kerumah ku dulu ngambil pancingan sama umpan di belakang rumah ku kayak nya banyak cacing”, “oke” hanya itu yang bias saya katakan.

bersambung.. :(
tapi jangan khawatir guys, cerpen "aku bukanlah aku" akan hadir lagi pada chapter ke 3 dengan cerita yang lebih seru pastinya. jadi ikuti terus wilayah anak teknik agar tidak ketinggalan cerita ya guys.
selamat beraktifitas dan semoga sehat selalu.
sampai jumpa ;)


Advertisement

Posting Komentar

artikel yang terkait

 
Top